Ketakutan menulis melanda masyarakat awam dan mereka yang mengklaim dirinya sebagai komunitas terdidik. Bahkan menulis sering dianggap beban tersendiri. Sebagian besar mereka yang mengaku dirinya akademisi, menulis karena terpaksa. Terpaksa menulis skrpsi untuk meraih predikat sarjana.. Terpaksa menulis tesis karena ingin meraih derajat pasca sarjana, dan seterusnya. Setelah lulus, maka berhentilah menulis. Mereka seolah-olah keluar dari penjara.
Dunia penulisan dianggapnya sebagai dunia yang penuh misteri, menyeramkan, dan menakutkan. Dalam hal ini Stein (1977: 121) menyatakan “Some of you may be interested in a career as professional writer.If so you ouht to know that the road to this goal is long, hard, and trusting. Most people who start it never finish”. (Banyak diantara kalian yang ingin meniti karir sebagai penulis yang profesional. Apabila memang betul demikian, maka mulai sekarang harus diketahui bahwa jalan menuju ke sana itu sungguh panjang, berat, da mengesalkan. Banyak orang yang memulainya, tetapi ternyata mereka tidak pernah sampai selesai”.
Siapapun bisa masuk dunia penulisan asal mereka berani dan berani. Kuncinya hanya berani, mencoba dan mencoba. Untuk bisa menulis adalah berani menulis. Beberapa orang telah membuktikan bisa menulis meskipun mereka memiliki kekurangan fisik, dari kelas bawah, dan tidak pernah menjadi warga kampus manapun.
Ketakutan harus dilawan dengan keberanian. Orang-orang yang berhasil adalah pemberani. Bung Karno berani menjalani hidup dari satu penjara ke penjara lain. Hal ini didorong oleh tekad dan keberanian untuk mewujudkan kemerdekaan RI. Nama Bapak Revolusi ini abadi sampai kini. Maka pemberani itu mati (fisik) sekali , sedangkan penakut mati seribu kali.
Mereka yang berani menulis
Menulis dengan hidung
Berkat keberanian, hambatan fisik bukan penghalang untuk menulis. Richard Hopley didiagnose menderita penyakit cerebal palsy. Yakni kelumpuhan otak besar yang berakibat kesulitan untuk menggerakkan tubuhnya dan sulit berbicara. Dia berani menulis puisi untuk menginspirasi orang lain. Hopley mengaku bahwa menulis puisi itu merupakan salah satu
memotivasi diri untuk hidup dalam arti sebenarnya. Dia menulis puisi menggunakan hidung dengan bantuan I-Pad
Pengemis itu juga menulis
Seorang gelandangan bernama Jean Marie Roughal berani menulis pengalamannya. Dia menjadi pengemis yang menggelandang sekitar 30 tahun di kota Paris Prancis. Berkat keberanian menulis, kini nasibnya berubah menjadi kaya raya. Bukunya berjudul Je tape la manche: Une vie dans la rue (Hidup saya sebagai Pengemis; Kehidupan di Jalanan. Di bukunya setebal 176 halaman itu, beliau menceritakan kehidupan masa kecil sampai menjadi pengemis di kota Paris. Buku yang dicetak 50 ribu eksemplar ini sempat menjadi best seller pada jamannya.
Penjual mie ayam yang novelis
Suharso sehari-hari adalah penjual mie ayam. Profesi yang kadang dianggap rendah ini, ditekuninya sebagai media mencari rizki halal. Meskipun disibukkan dengan pekerjaannya, beliau berani dan nekad menulis novel. Suharso yang dikenal dengan nama pena Aveus Har itu telah banyak menulis novel antara lain ; Warna Merah Pada Hati, Pangeran Hati, Sorry That I Love You, Raller Coaster Cinta dan lainnya.
Menulis perlu keberanian. Tak perlu takut dengan tatabahasa, teori, keilmiahan, dan lainnya. Kekurangan sana sini dapat disempurnakan sambil berproses.
Nologaten, 2 Agustus 2022
Lasa Hs
0 Komentar