Di dunia kepustakawanan dalam maupun luar negeri, lahir tokoh-tokoh kepustakawanan berbasis ilmu perpustakaan sejak semula. Namun ada pula muncul tokoh kepustakawanan yang semula tidak memiliki basis pendidikan ilmu perpustakaan.
Melville Louis Kossuth Dewey adalah tokoh dan bapak pustakawan ini memang sejak kecil sudah mencintai buku/perpustakaan. Ketika sekolahnya terbakar, beliau ikut menyelamatkan buku-buku perpustakaan sekolah tersebut. Pada umur 22 tahun, ia bekerja sebagai pustakawan di Perpustakaan Aherst College 1874 – 1876). Kemudian pada tahun 1883 – 1888, beliau menjadi Kepala Perpustakaan Universitas Columbia, lalu menjadi Direktur Perpustakaan Negara New York. Pada periode inilah Dewey menemukan sistem klasifikasi yang kemudian dikenal dengan Dewey Decimal Classification/DDC yang kini telah terbit edisi ke 23.
Seymour Lubetszky sejak semula memang memiliki pendidikan ilmu perpustakaan. Sertifikat perpustakaan diperolah dari California University yang kemudian bekerja sebagai pengkatalog di perpustakaan perguruan tinggi ini.
Lubeteszky berusaha untuk menyederhanakan deskripsi katalogisasi dan memiliki peran penting dalam penerbitan Rules for Description Cataloging in the Library of Congress tahun 1949. Begitu besar kontribusinya dalam bidang katalogisasi, maka beliau mendapat penghargaan ALA Margaret Mann Citation (1955), ALA Melville Louis Kossuth Dewey Award. Dengan penghargaan yang terakhir ini
menempatkan dirinya sebagai orang yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan katalogisasi setelah Cutter.
Di lain sisi. memang muncul tokoh kepustakawanan dan memberikan sumbangan pemikiran yang signifikan. Mereka sejak semula tidak memiliki basis ilmu perpustakan. Namun berkat passionnya kuat di bidang kepustakawanan, maka mereka berusaha, berlatih, diskusi, dan melakukan kajian-kajian yang akhirnya bisa melahirkan teori-teori kepustakawanan.
Shiyali Ramamrita Ranganathan seorang ahli matematika dan banyak menulis buku tentang perpustakaan. Penemuannya yang terkenal antara lain Sistem Klasifikasi Colon (Colon Classification) dan Lima Hukum Ilmu Perpustakaan (Five Laws of Library Sciences).
Kehidupan masa kecil Ranganathan menyedihkan. Ia sakit-sakitan dan menderita penyempitan pembuluh darah serta anemia sehingga tidak bisa duduk dan tidak bisa membaca. Temannyalah yang membacakan buku-buku pelajaran padanya dan melalui pendengaranlah beliau menyerap ilmu pengetahuan. Dengan semangat yang tinggi, beliau berhasil memperoleh gelar sarjana muda (setingkat diploma 3) dari Intermediate College Madras, dan pada tahun 1916 berhasil menggondol gelar Master of Art.
Ketertarikannya dalam bidang perpustakaan dimulai pada kunjungannya ke 100 perpustakaan di Inggris. Beliau memanfaatkan kunjungan ini untuk menimba ilmu dan
pengalaman kepustakawanan untuk memperbaiki kondisi perpustakaan di negerinya.
Prestasinya di bidang perpustakaan dimulai sebagai pustakawan tahun 1924 di Universitas Madras. Pada tahun 1930 ia menjadi anggota Library Association dan pernah mendapatkan penghargaan prestasi dari School of Librarianship dari University College.
Sistem Klasifikasi Colon (Colon Classification System) sebagai temuannya, merupakan pengembangan sistem faset yang juga merupakan perluasan sistem Klasifikasi DDC, UDC, dan Bliss Bibliographic Classification.
Beliau juga berusaha mengembangkan kepustakawanan melalui organisasi kepustakawanan dengan memangku jabatan sebagai : 1) Sekretaris Madras Library Association; 2) Ketua India Library Association (1944-1953); 3) Ketua Documentation Committee of the Indian Standards Institution; 4) Wakil Ketua Madras Library Association ( 1948 – 1967), dan 5) Wakil Ketua FID (1953 – 1956).
Beliau juga meninggalkan rekaman ilmu perpustakaan berupa buku antara lain; 1) Classification Catalogue Code; 2) Chain Procedure; 3) Theory of Book Selection; 4) Library Administration and Management; 5) Organization of Library and Information Sciences, dan lainnya.
Demkian pula dengan Charles Ami Cutter yang lulusan bidang kajian kesusasteraan Prancis, Ilmu Pengetahuan, dan matematika Havard College. Dalam perjalanan karirnya, beliau kenal dengan seorang pengkatalog College Library
bernama Ezra Abbot. Dari Ezra Ebbot ini, Charles Ami Cutter memelajari sistem pendekatan ilmu pengetahuan melalui bentuk katalog. Kemudian pemikiran-pemikiran beliau banyak mewarnai sistem katalogisasi perpustakaan yang di kemudian hari dikenal dengan sisem katalog kamus (dictionary catalog).
Buku-buku yang merekam pemikiram beliau tentang perpustakaan antara lain; 1) Use for a Printed Dictionary Catalogue (1876); 2) Public Libraries in the United States of America; 3) Their History Condition and Management; 4) Cutter-Sarbon Three-figure author Table (1896).
Pada tahun 1876 , ia bersama Melville Dewey mendirikan organisasi perpustakaan yang dikenal dengan nama American Library Assocition/ALA.
Di tanah air juga terdapat tokoh-tokoh kepustakawanan yang merintis dengan dasar pendidikan ilmu perpustakaan secara linear. Tetapi ada juga muncul tokoh-tokoh kepustakawanan yang sebelumnya tidak memiliki pendidikan formal ilmu perpustakaan. Dalam perjalanan karirnya, mereka menemukan passion kepustakawanan setelah mengalami perjalanan kegiatan dan akhirnya menjadi tokoh sesuai kompetensi masing-masing. Maka lahirlah tokoh-tokoh kepustakawanan di negeri ini dengan interest dalam bidang teknologi informasi, pengantar ilmu perpustakaan, literasi informasi, filosofi pustakawan, manajemen, reference tools, biblioterapi, katalogisasi, dan lainnya.
Mereka telah memberikan kontribusi di bidang perpustakaan sesuai interest mereka antara lain melalui
organisasi kepustakawanan, sebagai narasumber, pendidik, redaksi jurnal, maupun dalam bentuk buku yang terbit nasional.
Dari pemaparan tersebut dapat dipahami bahwa untuk menjadi pustakawan yang profesional dapat dimulai dari pendidikan formal ilmu perpustakaan. Disamping itu profesi dan passion sebagai pustakawan dapat ditemukan melalui pelatihan, pengalaman, kajian, maupun pendidikan norformal ilmu perpustakaan. Hal ini kembali pada passion yang kuat, motivasi, komitmen, dan ketekunan seseorang dalam mewujudkan visi hidup sebagai pustakawan.
Nologaten, 27 Agustus 2022
Lasa Hs.
0 Komentar