Perilaku rakus dapat mencelakakan diri dan orang lain. Perilaku rakus tak segan-segan mengambil hak orang lain. Mereka tidak malu Karena urat malunya sudah putus. Mereka selalu merasa kurang atas apa yang diterimanya, Lalu ia ingin menambah dan menambah meskipun dengan cara yang tak terpuji. Meski harta melimpah, jabatan tinggi dengan berbagai macam tunjangan, toh masih korupsi, manipulasi, menerima suap, kongkalikong dan lainnya.
Dalam salah satu hadist qudsi, Rasulullah Saw menyatakan:
“Sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:” Kami menurunkan harta tidak lain agar shalat dapat ditegakkan dan zakat dapat ditunaikan. Seandainya anak Adam (manusia) memiliki satu lembah emas, tentu dia menginginkan yang kedua. Dan apabila ia telah memiliki dua lembah emas, tentu ia akan menginginkan yang ketiga. Tidak ada yang dapat memenuhi perut mereka kecuali tanah (mati). Dan Allah akan menerima taubat orang-orang yang benar-benar taubat”>
Kekayaan tidaklah ada artinya bila diperoleh dengan kerakusan. Bahkan bisa saja kekayaan yang melimpah itu dalam waktu dekat akan habis karena disita negara. Baju dinas diganti baju orange. Rumah indah diganti rumah prodeso dengan pengawalan sipir. Reputasi yang dibangun bertahun lamanya, lenyap begitu saja karena sikap rakus.
Oleh karena itu, menyikapi hidup yang kompetitif dan diwarnai gemerlapan materi ini, perlu ditanamkan sikap
qana’ah. Yakni sikap puas, merasa cukup, dan bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah Swt.
Dalam hal ini, Rasulullah Saw pernah menyatakan kepada Abu Hurairah r.a.” Wahai Abu Hurairah, jika engkau lapar, hendaklah makan sepotong roti dan segelas air. Jadilah engkau sebagai orang yang wira’i, niscaya engkau akan menjadi sebaik-baik manusia dalam beribadah. Jadilah engkau sebagai orang yang qana’ah, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling bersyukur.Cintailah manusia sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri, niscaya engkau akan menjadi orang yan selamat dan terpercaya”.
Qana’ah itu kaya hati. Rakus itu sama dengan kefakiran.
Lasa Hs
0 Komentar