Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa profesi tertentu lebih bergengsi dari profesi lain. Mereka memandang bahwa profesi bergengsi ini akan membawa kebahagiaan di masa depan seseorang. Kebahagiaan sering diukur dengan banyaknya harta, tingginya jabatan, luasnya kekuasaan, dan keberhasilan anak cucunya.
Berangkat dari pemikiran ini, maka sejak dini, orang tua mendorong dan mengarahkan anak-anaknya untuk sekolah yang pintar, kuliah di prodi yang unggul, bekerja di lembaga yang basah, menduduki jabatan tinggi. Dengan posisi ini akan banyak uang. Bila banyak harta, jabatan tinggi, dan keturunannya berhasil itulah gengsi, sukses, dan bahagia.
Menurut pemikiran ini, bersekolah yang pintar nantinya akan pintar cari uang. Memilih prodi/jurusan favorit, nanti kalau sudah lulus akan mudah mencari pekerjaan dan banyak duitnya. Syukur bisa bekerja di perusahaan “asing” biar uang berlimpah. Nah kalau uang banyak, jabatan tinggi, posisi penting akan HIDUP BAHAGIA.
Namun demikian dalam realita tidak mesti demikian bahwa uang sebagai ukuran bahagia. Jabatan tinggi dan kekayaan melimpah justru dapat menjadi malapetaka karena tidak amanah. Rumah dimana-mana, justru tidur di rumah tahanan bahkan di rumah penjara.
Dari pola pengejaran uang yang disitu bahagia, akhirnya mereka selalu berpikir uang dan uang. Mereka tidak mampu menunjukkan kinerja yang profesional karena segala kegiatan diukur dengan uang.
Secara singkat pola pikir ini dapat dirumuskan dengan MMMH (Money Money Money Happy), Uang, Uang, Uang, dan disitulah Bahagia.
Lain halnya dengan pola pikir bahwa pemilihan bidang, pekerjaan, prodi yang membuat dirinya enjoi, bahagia. Apabila pilihan itu sudah menjadi passionnya maka mereka akan melakoninya sepenuh hati dan totalitas. Nah, apabila melaksanakan pilihan pekerjaan, profesinya sepenuh hati, tekun, tabah maka akan menjadi AHLI bahkan pakar dalam bidangnya.
Oleh karena itu, apapun pilihan bidang dan pekerjaan seseorang yang telah menjadi passionnya, maka mereka akan melaksanakannya sepenuh hati,dan akan menjadi ahli. Kalau sudah dikenal keahlian seseorang, maka uang akan
mencarinya. Dengan kata lain pekerjaan, jabatan, uang akan mencarinya. Bukan mereka yang mencari pekerjaan, uang, maupun jabatan.
Pola pikir kedua ini secara ringkas dapat dirumuskan bahwa yang membuat BAHAGIA itu harus bekerja TOTALITAS/sepenuh hati, akan menjadi AHLI dalam bidangnya, maka UANG akan mencarinya. Dengan kata lain Happiness/Kebahagiaan, Totality/Sepenuh hati, Expertise/Ahli, Money/Uang (HTEM).
Profesi pustakawan kadang masih dianggap kurang menjanjikan karena dianggap prodi yang kering. Anggapan ini didasarkan bahwa kepuasan dan kebahagiaan itu diukur dengan gengsi, uang, dan posisi seseorang. Pola pikir serba materi ini biasanya tidak akan totalitas dalam berprofesi. Lain halnya bila pilihan profesi apapun sudah menjadi passionnya (meskipun dianggap kering) , mereka akan melaksakannya secara total dan ingin selalu berprestasi dimanapun mereka bekerja. Profesional itu tidak bisa diukur dengan uang. Kepuasan seorang profesonal justru terletak pada keberhasilan dalam profesinya itu sendiri dengan produktivitas tinggi dan memiliki keunggulan.
Nologaten, 16 September 2022
Lasa Hs.
0 Komentar