HATI-HATI DENGAN JABATAN
Jabatan sering diperebutkan, terutama
jabatan yang dianggap basah. Sebab, di balik itu ada nilai kekuasaan, materi,
dan kehormatan. Namun demikian, jarang yang menyadari bahwa jabatan itu amanah
dan tanggung jawab.
Mereka yang berhasil menduduki jabatan
itu lantaran mendapatkan kepercayaan dari atasan maupun dari bawahan (followers)
(anggota, anak buah, rakyat). Mereka itu dianggap telah memiliki
kompetensi, pengalaman, ilmu, dan rekam jejak sehingga diberi kepercayaan untuk
memimpin atau menduduki jabatan tertentu.
Amanah, secara umum diartikan dengan
menyimpan rahasia, ikhlas memberikan nasihat, dan menyampaikan sesuatu yang
harus disampaikan. Dalam pengertian lain, amanah itu pengembalian seseorang
akan sesuatu yang diitipkan kepadanya.
Pada suatu hari, Rasulullah Saw
mengutus Abdullah bin Rawahah ke Khaibar untuk menaksir hasil kurma di sana.
Maka orang-orang Yahudi mengumpulkan perhiasan isteri-isteri mereka.
Perhiasan-perhiasan ini akan diberikan kepada Abdullah bin Rawahah. Orang-orang
Yahudi itu mengatakan kepada Abdullah bin Rawahan sambil menyerahkan
perhiasan-perhiasan itu:”Ini untuk kamu dan berilah kami keringanan dan permudahlah dalam penaksiran “. Menyikapi
perilaku tak terpuji ini, Abdullah menyatakan:”Hai orang-orang Yahudi , demi
Allah kamu semua adalah makhluk yang sangat kubenci. Meskipun demikian kami
tidak akan bertindak aniaya kepada kamu sekalian”. Adapun barang-barang yang
akan kalian berikan kepadaku itu adalah barang haram. Kami tidak akan makan
barang-barang suapan itu.”. Mendengar ucapan ini orang-orang Yahudi itu
menyatakan :”Dengan sifat inilah langit dan bumi akan berdiri tegak “,
Jabatan bukan sekedar gagah-gagahan,
kesempatan, dan kehormatan. Jabatan merupakan titipan dan kepercayaan yang
sewaktu-waktu akan lepas dan harus dipertanggung jawabkan. Bukan malah lari dan
bersembunyi. Rasulullah Saw bersabda:” Tiada habisnya (berdiri) kedua
telapak kaki seorang hamba (kelak) di hari kiamat sehingga selesai ia ditanya
tentang pemanfaatan umurnya untuk apa selama itu, ilmu yang dimilikinya itu
digunakan untuk apa saja, hartanya itu diperoleh darimana, dengan cara apa,
serta dipergunakan untuk apa, dan sejauh mana pemanfaatan tenaga/potensinya
selama hidup di dunia”. (HR. Turmudzi)
Nologaten, 20 Maret 2023
Lasa Hs
0 Komentar