Tawakal bukan berarti pasrah begitu saja. Tawakal merupakan pemyerahan diri kepada Allah dengan tetap melaksanakan perintahNYa atas segala usaha yang telah dilakukan secara optimal. Hasil akhir yang diharapkan tergantung atau pasrah pada ketentuan Allah Swt.
Atas ketentuan itu, seseorang menerima dengan ridha dan yakin bahwa di balik itu semua harus didahului dengan usaha atau ikhtiar secara optimal. Pasrah tanpa usaha itu bukan tawakal. Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda:”Tidak dinamakan tawakal bagi orang yang mengobatkan dirinya dengan besi panas atau dengan rajah-rajah”. (HR. Ahmad).
Orang-orang yang hidupnya susah, kadang memiliki jiwa tawakal tinggi. Mereka telah dididik oleh keadaan untuk memiliki jiwa yang kuat dalam menerima penderitaan dan kepapaan. Masalah penderitaan, kesusahan, kurang makan kiranya telah melekat dalam kehidupan keseharian mereka. Hal ini tentunya berbeda dengan orang terbiasa dengan hidup di zona nyaman dan serba kecukupan. Kadang mereka mudah mengeluh dan cengeng bila mendapat musibah yang kecil. Jiwa tawakal mereka rapuh.
Orang-orang yang mampu bertawakal dalam arti sesungguhnya sebenarnya memiliki iman yang kokoh. Mereka selalu tenang dalam menghadapi hari esok. Mereka tidak perlu cemas apa yang akan dimakan esok hari.
Orang-orang seperti ini juga tidak khawatir masa depan anak-anak mereka. Bahkan dirinya berserah diri dan siap dipanggil sewaktu-waktu oleh Allah Swt.
Dalam hal ini, kiranya patut kita renungkan pesan Lukmanul Hakim yang diwasiatkan kepada putranya:” Wahai anakku, sampai saat ini telah banyak pesan-pesanku kepadamu. Sekarang bapak akan berpesan enam perkara sebagaimana telah dipesankan oleh orang-orang terdahulu dan orang-orang sebagai generasi mendatang, yakni: Pertama; jangan terlalu sibuk dengan urusan duniamu, kecuali sekadar mencukupi keperluan sisa umurmu di dunia ini. Kedua; beribadahlah kepada Allah sebagai Tuhanmu; Ketiga: beramal untuk akhiratmu sesuai keinginan hidupmu disana. Keempat; berusahalah untuk membebaskan diri dari siksa api neraka; Kelima; dengan kekuatan sabarmu, maka kuatkan dirimu untuk mencegah segala kemungkinan yang mungkin terjadi; Keenam; carilah tempat yang tidak dilihat Allah dan malaikatNya apabila engkau ingin berbuat maksiat kepadaNya”.
Kesabaran dan tawakkal akan menguatkan rasa optimisme seseorang. Rasulullah Saw bersabda:” Apabila ingin menjadi orang kuat, hendaknya bertawakal kepada Allah. Apabila ingin menjadi orang yang paling kaya, maka mantapkanlah atas jaminan Allah melebihi (kekayaan) yang telah dipegangnya (harta yang telah ada)”. (HR. Ibnu Abbas).
Lasa Hs.
0 Komentar