Tokoh kelahiran 6 Juni 1901 ini telah mengenal KHA Dalan sejak berumur 15 tahun. Saat itu, beliau tinggal di rumah H.O.S. Tjokroaminoto Surabaya. Beliau mengisahkan pertemuannya itu sebagai berikut:” …. Pada suatu hari datanglah di Surabaja almarhum Kijai Dachlan, mengadakan beberapa tabligh, dan tabligh jang pertama jang beliau berikan adalah dekat rumah kami di kampung Peneleh, dan saja hadir di dalam tabligh itu. Dan terus terang, segera saja “tertangkap” oleh apa jang dikatakan oleh almarhum Kijai Dachlan, sehingga tadi dikatakan saja kemudian menghadiri tabligh2 Kijai Dachlan di lain2 tempat. Dalam seminggu sadja tiga kali di kota Surabaja, kemudian lain tahun masih beberapa kali lagi…”.
“Di dalam suasana jang demikian ini, suasana mentjari,--- saja sebagai pemuda, suasana mentjari, suasana jang melihat hal2 ini baru remeng-remeng, datanglah Kijai Hadji Achmad Dachlan di Surabaja dan memberi tabligh mengenai Agama Islam jang bagi saja berisi regeneration dan ejuvenation daripada Islam itu”.
Sebagai pelaku sejarah dan pejuang bangsa, beliau mengalami penekanan, percobaan pembunuhan, dan dipenjara dari kota satu dipindah ke kota lain. Kemudian ketika dipindahkan oleh Pemerintahan Belanda dari Flores ke Bengkulu (tahun 1938), Bung Karno resmi menyatakan diri sebagai anggota Muhammadiyah. Untuk mensyukuri dan merupakn syiar, maka diselenggarakan konferensi antara PP Muhammadiyah dengan para guru daerah Bengkulu. Dalam pertemuan ini Bung Karno menyampaikan sambutannya sebagai berikut:” Saudara-Saudara, terimalah saja sebagai saudara tuan seagama dan sebangsa, bawalah saja bekerdja bersama tuan untuk berbakti kepada Allah. Saja serahkan diri saja kepada Perkumpulan Muhammadijah. Saja pertjaja setujunja tuan jang membaca saja di jalan saja dimana tuan merasa perlu. Ketua2 Muhammadijah jang memakai sarung, tuan K.H. Mas Mansur, tuan H.Junus Djamaluddin dan Engku Sutan Mansjur saja kenal dekat, orang jang boleh dibawa berunding. Sekarang terimalah.
Selama di Bengkulu ini, Bung Karno aktif di Muhammadiyah dan menjadi Pengurus Madjelis Pengadjaran Daerah. Di Bengkulu ini pula beliau mengenal Oei Tjen Hien dan Hasan Din. Oei Tjen Hien adalah seorang warga negara keturunan Tionghoa yang aktif sebagai Pengurus Muhammadiyah. Sedangkan Hasan Din adalah Konsul Muhammadiyah Daerah Bengkulu yang kemudian menjadi mertua Bung Karno. Sebab, Fatmawati isteri Bung Karno adalah putri Hasan Din.
Perhatian dan kedekatan Bung Karno pada Muhammadiyah tidak luntur meskipun begitu besar kesibukan beliau mengurusi bangsa. Selaku Presiden-Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI, beliau menyampaikan sambutan tertulis atas terbitnya Almanak Muhammadiyaah tahun 1379
H antara lain dinyatakan:”Dengan sedikit bitjara banjak bekerdja, Muhammadijah telah memodernisasi tjara mengembangkan Islam, sehingga di seluruh Tanah Air Indonesia mulai Sabang sampai Merauke telah berdiri Tjabang2 dan Ranting2.
Aku berpesan lagi kepada kamu sekalian, Djagalah, suburkanlah dan selamatkan Muhammadijah, dengan radjin memelihara sekolah/madrasah, radjin tabligh/da’wah Islam, dan radjin menambah amalan2 dalam bidang kemasjarakatan dan Pembangunan”
Perjalanan hidup beliau sejak mengenal K.H. Ahmad Dahlan, menjadi anggota bahkan pernah aktif sebagai pengurus Muhammadiyaha ditekankan Kembali dalam sambutan beliau pada Peringatan Setengah Abad Muhammadiyah yang diselenggarakan di Gedung Olah Raga (Gelora) Bung Karno Senayan pada tanggal 25 November 1962.
Pada awal pidato itu, Bung Karno menyatakan:”Tatkala tadi saja masuk Gedung Olahraga ini, segera mata saja “tertangkap” oleh tulisan diatas itu, jang bunjinja :Bung Karno,-- Utjapan Bung Karno – sekali Muhammadijah, tetap Muhammadijah”.
Memang benar, Saudara-saudara, sampai sekarang saja masih anggauta Muhammadijah, Tjuma anehnja, sedjak saja menjadi Presiden Republik Indonesia, saja belum pernah ditagih contributie. Djadi saja minta agar supaja sedjak sekarang ditagihlah kontribusi saja ini malahan dengan bahawa asing “met terugwerkende kracht” (secara retroaktif).
Lasa Hs
(sumber Ensiklopedi Muhammadiyah; 2.0 Membangun Indonesia Berkemajuan, 2022: 402).
0 Komentar